Ku ukirkan bicara sekeping hati
Di sehelai lembaran kertas kumal
Agar suatu masa
Kau bisa membacanya
Kau bisa menghayati bait-bait katanya
Sayangku
Ingatkah dikau saat cinta kita terpateri?
Tika itu
Di matamu terbit sinar keikhlasan
Di bibirmu terungkap suatu janji kehidupan
Di hatimu tersulam namaku
Masihkah kau ingat?
Sayangku
Lamanya masa telah berlalu
Meninggalkan kita berdua
Namun..
Hati ini sering merindu masa nan lalu
Masa kita bersama di waktu dulu
Tahukah dikau mengapa?
Mungkin kau kini lupa
Biarlah aku menggamit kembali memori itu
Supaya kau sedar semua itu kini bagaikan tiada
Sayangku
Dulu kau selalu menemaniku
Dulu kau sentiasa mengambil berat perihal diri ini
Tika aku menangis...
Kau mesti berada di sampingku
Memujuk diri ini...
Dan mententeramkan hatiku...
Agar duka itu tiada lagi
Sayangku
Saat aku merinduimu
Bayangmu akan menari-nari di tubir mata ini
Suaramu gemersik di telingaku
Membicarakan suatu kata cinta
Mengungkapkan suatu bicara indah
Sehingga rindu itu tenggelam bersama nafas cintamu
Tapi kini
Sedarkah kau sayangku???
Semua itu bagaikan tiada
Kau kini sibuk mengejar kehendakmu
Sehingga satu saat masa yang berlalu
Tiada dapat kau luangkan buatku
Sayangku
Kehadiran insan bergelar teman bagimu itu
Bagaikan merubah segala-galanya
Bukan niatku mempersoalkan kejujuranmu
Bukan niatku memperjudikan keikhlasanmu
Tapi
Semua itu adalah hakikat
Hakikat yang tiada mampu kau pertikaikan
Masihku ingat pada suatu hari
Katamu...
Insan itu hanya sekadar teman
Tapi sedarkah dikau
Teman itulah yang kau tatapi tiap waktu yang berlalu
Teman itulah yang sering berada di sisimu
Dan teman itulah yang bisa menyedari
Saat kau ketawa
Saat kau berduka
Sedangkan aku...
Jauh dari dirimu
Senyuman mu
Gelak tawamu
Tangisanmu
Tiada mampu ku lihat
Tiada bisa ku rasai...
Sayangku
Aku menginginkan kau sedar
Betapa takutnya hati ini
Betapa resahnya jiwa ku
Menghitung hari-hari tanpamu di sisi
Sayangku...
Hatiku terusik dengan semua yang berlaku
Jiwa ku menangis
Tapi kau tiada pernah mendengarnya
Perasaanku kekadang terguris
Namun kupendamkan demi kebahagiaanmu
Aku tiada bisa melihat kau resah
Aku tidak mampu melihat kau menangis
Menangis keranaku
Sayangku
Biarlah hatiku sahaja yang menangis buatmu
Biarlah hatiku jua yang terguris keranamu
Dan biarlah ku pendamkan semua perasaan ini
Ku hanya mengharapkan
Kau bahagia
Kau bisa tertawa
Mendengar bicara romantisku
Melihat tarian hatiku
Sayangku
Di sini
Kutitipkan bersama sekeping hatiku
Agar kau bisa melihat parahnya luka itu
Agar kau bisa mengetahui
Betapa hatiku sentiasa mengenangmu...
Sayangku
Pandanglah hati itu
Selamilah ia
Kerana di sebaliknya
Ada terukir suatu kata indah
Yang ku ukirkan buatmu
Dulu, kini, dan sepanjang hayatku..
Di sehelai lembaran kertas kumal
Agar suatu masa
Kau bisa membacanya
Kau bisa menghayati bait-bait katanya
Sayangku
Ingatkah dikau saat cinta kita terpateri?
Tika itu
Di matamu terbit sinar keikhlasan
Di bibirmu terungkap suatu janji kehidupan
Di hatimu tersulam namaku
Masihkah kau ingat?
Sayangku
Lamanya masa telah berlalu
Meninggalkan kita berdua
Namun..
Hati ini sering merindu masa nan lalu
Masa kita bersama di waktu dulu
Tahukah dikau mengapa?
Mungkin kau kini lupa
Biarlah aku menggamit kembali memori itu
Supaya kau sedar semua itu kini bagaikan tiada
Sayangku
Dulu kau selalu menemaniku
Dulu kau sentiasa mengambil berat perihal diri ini
Tika aku menangis...
Kau mesti berada di sampingku
Memujuk diri ini...
Dan mententeramkan hatiku...
Agar duka itu tiada lagi
Sayangku
Saat aku merinduimu
Bayangmu akan menari-nari di tubir mata ini
Suaramu gemersik di telingaku
Membicarakan suatu kata cinta
Mengungkapkan suatu bicara indah
Sehingga rindu itu tenggelam bersama nafas cintamu
Tapi kini
Sedarkah kau sayangku???
Semua itu bagaikan tiada
Kau kini sibuk mengejar kehendakmu
Sehingga satu saat masa yang berlalu
Tiada dapat kau luangkan buatku
Sayangku
Kehadiran insan bergelar teman bagimu itu
Bagaikan merubah segala-galanya
Bukan niatku mempersoalkan kejujuranmu
Bukan niatku memperjudikan keikhlasanmu
Tapi
Semua itu adalah hakikat
Hakikat yang tiada mampu kau pertikaikan
Masihku ingat pada suatu hari
Katamu...
Insan itu hanya sekadar teman
Tapi sedarkah dikau
Teman itulah yang kau tatapi tiap waktu yang berlalu
Teman itulah yang sering berada di sisimu
Dan teman itulah yang bisa menyedari
Saat kau ketawa
Saat kau berduka
Sedangkan aku...
Jauh dari dirimu
Senyuman mu
Gelak tawamu
Tangisanmu
Tiada mampu ku lihat
Tiada bisa ku rasai...
Sayangku
Aku menginginkan kau sedar
Betapa takutnya hati ini
Betapa resahnya jiwa ku
Menghitung hari-hari tanpamu di sisi
Sayangku...
Hatiku terusik dengan semua yang berlaku
Jiwa ku menangis
Tapi kau tiada pernah mendengarnya
Perasaanku kekadang terguris
Namun kupendamkan demi kebahagiaanmu
Aku tiada bisa melihat kau resah
Aku tidak mampu melihat kau menangis
Menangis keranaku
Sayangku
Biarlah hatiku sahaja yang menangis buatmu
Biarlah hatiku jua yang terguris keranamu
Dan biarlah ku pendamkan semua perasaan ini
Ku hanya mengharapkan
Kau bahagia
Kau bisa tertawa
Mendengar bicara romantisku
Melihat tarian hatiku
Sayangku
Di sini
Kutitipkan bersama sekeping hatiku
Agar kau bisa melihat parahnya luka itu
Agar kau bisa mengetahui
Betapa hatiku sentiasa mengenangmu...
Sayangku
Pandanglah hati itu
Selamilah ia
Kerana di sebaliknya
Ada terukir suatu kata indah
Yang ku ukirkan buatmu
Dulu, kini, dan sepanjang hayatku..
1 comment:
terharu dan sebak if i was in her position!
nice poem..swit lah ngosh!
Post a Comment